Peace

By : Muhammad Choirul Rosiqin, International Relations Student @University of Muhammadiyah Malang

Jalan menuju kos terasa sepi tanpa bayang-bayang lampu jalan-pun mulai tak menyala lagi mungkin karena tergilas oleh waktu, sementara yang masih menyala-pun bisa dihitung dengan jari dan yang lain menyala juga akan tetapi tak dapat menerangi jalan kurang dari 5 meter alias redup.

Tak terasa 15 menit aku berjalan menuju rumah kos yang aku tempati di kota yang dulunya disebut dengan kota dingin ini, baru sampai didepan gang aku dihadapkan dengan palang yang bertuliskan arab yang menandakan ada orang yang meninggal. Sementara pikiranku mulai tak beraturan, mengira orang yang meninggal itu adalah orang yang punya rumah yang dijadikan kos ini, terang saja beliau sudah lanjut usia. Jadi, wajar saja bukan bila aku mengira beliau-lah yang sudah pulang ke rumah yang abadi itu.

Tak ada rasa risau aku melewati jalan setapak menuju kos yang aku tempati yang lampunya mulai tak terang lagi itu, agar tidak naik turun tangga akupun langsung ke kamar mandi. Rasa capek-pun mulai terasa dengan jelas ketika aku menyirami kaki yang hangat kupegang ini.

Tak ada suara orang kudengar saat aku memasuki daerah kos, mungkin saja karena jam sudah menunjukkan jam 22.15, bisa jadi mereka sudah mulai menggambar peta dikamar mereka masing-masing. Setelah keluar dari kamar mandi, kuraba saku celana dan kucari kunci kamar mungkin ada dicelana. Aku mengira kunci kamar ketinggalan di rumah kos temen, kalau memang begitu aku-pun harus mengambilnya dengan berjalan kaki atau numpang tidur dikamar samping kamarku. Tak lama kemudian kunci kamar kulihat tas dan ternyata terselip di dalam buku tulis, aku-pun langsung beranjak naik tangga dan memasuki kamar kos. Saat membuka pintu kamar kos, aku-pun mencium bau yang sangat menyengat didaerah kos-ku ini, perasaanku mengatakan kalau pas siang tadi ada yang baru meninggal, akhirnya kutanya temen sebelah kamar kosku. Dan ternyata benar, siang tadi ada yang meninggal. Owh, pantesan… bau bunga yang sangat menyengat ini memasuki daerah kos, dan bisa saja masuk ke dalam kamar kalau saja jendela kamar dibuka.

Pikiran yang baru memikirkan tentang tugas yang harus dipersiapkan untuk esok harinya ini, seketika memikirkan sesuatu yang tidak-tidak, entah takut ada orang yang dibungkus kain kafan itu dll. Mungkin karena terlalu sering menonton film yang serem-serem kali ya,,,hehehe. Walaupun begitu, aku sempatkan saja untuk menulis cerita singkat ini. Ya, bisa dikatakan untuk membersihkan atau menggantikan pikiran yang tidak enak kurasa ini. Eitz, jangan bilang aku ini takut lho ya,,, tapi akan ku jawab dengan singkat masalah buat lho? Hehe. Peace V

Peace is more important than all justice; and peace was not made for the sake of justice, but justice for the sake of peace. (Martin Luther)