Budaya Politik, Sosialisasi Politik, Partisipasi Politik di Indonesia

By : Muhammad Choirul RosiqinInternational Relations Student @University of Muhammadiyah Malang

Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktik-praktik politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika seraca langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.

Budaya Politik, Sosialisasi Politik, Partisipasi Politik di IndonesiaKehidupan politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga negara dengan pemerintah, dan institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal), telah menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang praktik-praktik perilaku politik dalam semua sistem politik. Oleh karena itu, seringkali kita bisa melihat dan mengukur pengetahuan-pengetahuan, perasaan dan sikap warga negara terhadap negaranya, pemerintahnya, pemimpim politik dan lain-lain.

Suka atau tidak suka, budaya politik yang konsepnya diperkenalkan pertama kali oleh Gabriel A. Almond dalam Journal of Politics, 18, 1956, adalah kata kunci yang sering digunakan dalam pembicaraan politik di Indonesia.[1] Budaya politik, merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat dengan ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik, perilaku aparat negara, serta gejolak masyarakat terhadap kekuasaan yang memerintah. Dalam upaya pengembangan budaya politik maka sosialisasi politik sangat penting. Kegiatan politik juga memasuki dunia keagamaan, kegiatan ekonomi dan sosial, kehidupan pribadi dan sosial secara luas. Dengan demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan keputusan nasional yang menyangkut pola pengalokasian sumber-sumber masyarakat.

Budaya Politik

Secara umum budaya politik diartikan sebagai pola tingkah laku individu (warga negara) dan orientasinya terhadap kehidupan politik yang dihayati oleh para anggota suatu sistem Politik. Almond dan Verba mendefinisikan budaya politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara di dalam sistem itu.[2] Menurut kedua ahli ilmu politik ini, warga negara senantiasa mengidentifikasikan diri mereka dengan simbol-simbol dan lembaga-lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka miliki masing-masing. Dengan orientasi itu pula mereka menilai serta mempertanyakan tempat dan peranan mereka di dalam sistem politik.[3] Luasnya bidang yang tercakup dalam studi tentang budaya politik akan lebih terasa lagi bila konsep budaya politik itu diterapkan pada masyarakat Indonesia.

Kemajemukan dalam arti kultural yang dimiliki Indonesia, selain terdiri atas ribuan pulau sudah pasti membawa pengaruh yang sangat besar pada budaya politik bangsa ini. Terdapat banyak sarjana ilmu politik yang mengkaji tema budaya politik, sehingga terdapat variasi konsep budaya politik. Namun demikian derajat perbedaannya terlalu besar, sehingga tetap dalam koridor yang sama. Sedangkan konsep tentang budaya politik yang bisa bandingkan, antara lain sebagai berikut:

Gabriel A. Almond dan Sidney Verba: budaya suatu bangsa adalah merupakan distribusi pola-pola orientasi khusus menuju tujuan politik di antara masyarakat bangsa itu.[4]

Alan R. Ball: Budaya politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu politik.[5]

Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr.: Budaya politik berisikan sikap, keyakinan, nilai dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu dari populasi.[6]

Dua manfaat jika dapat memahami pengertian budaya politik adalah, adanya sikap warga negara terhadap sistem politik yang mempengaruhi tuntutan-tuntutan, tanggapan, dukungan serta orientasinya terhadap sistem politik yang ada dan dapat mengerti dan memahami hubungan antara budaya politik dengan sistem politik atau faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya pergeseran politik.

Menurut Ranney, terdapat dua komponen utama dari budaya politik, yaitu Orientasi Kognitif (cognitive orientations) dan Orientasi Afektif (affective orientations).[7] Sementara Almond dan Verba dengan lebih komprehensif mengacu pada apa yang dirumuskan Parsons dan Shils tentang klasifikasi tipe-tipe orientasi, yang mana orientasi itu mengacu pada aspek-aspek dan objek-objek yang dilakukan dalam sistem politik. Terdapat tiga orientasi, antara lain:

  1. Orientasi kognitif, yaitu berupa pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya.
  2. Orientasi afektif, yaitu perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor dan pe-nampilannya.
  3. Orientasi evaluatif, yaitu keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan.[8]

Masih dalam kaitan dengan orientasi politik warga negara G. Almond dan S. Verba berpendapat, bahwa objek  orientasi politik warga negara adalah sistem politik yang terbagi ke dalam tiga golongan objek, yaitu :

  1. Peranan atau struktur khusus seperti badan legislatif, eksekutif atau birokrat.
  2. Pemegang jabatan, seperti pemimpin monarki, legislator dan administrator.
  3. Kebijaksanaan, keputusan atau penguatan keputusan, struktur pemegang jabatan. Struktur secara timbal balik diklasifikasika apakah mereka termasuk dalam proses input politik atau dalam proses administratif atau output.

Realitas yang ditemukan dalam budaya politik, ternyata memiliki beberapa variasi. Untuk penggolongan budaya politik secara khusus, ada yang berdasarkan pada sikap yang ditunjukan, berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan dan ada yang berdasarkan orientasi politiknya.

  1. Berdasarkan Sikap yang Ditunjukan
  2. Budaya Politik Militan

Budaya politik militan dimana perbedaan tidak dipandang sebagai usaha mencari alternatif yang terbaik, tetapi dipandang sebagai usaha jahat dan menantang. Bila terjadi kriris, maka yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan disebabkan oleh peraturan yang salah, dan masalah yang mempribadi selalu sensitif dan membakar emosi. Dan menutup jalan bagi pertumbuhan kerja sama.

  1. Budaya Politik Toleransi

Budaya politik dimana pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu membuka pintu untuk bekerja sama. Sikap netral atau kritis terhadap ide orang, tetapi bukan curiga terhadap orang.

  1. Berdasarkan Sikap terhadap Tradisi dan Perubahan
  2. Budaya Politik yang Memiliki Sikap Mental yang Absolut

Budaya politik yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang. dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah lagi. Budaya politik absolut tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis terhadap tradisi, berusaha memelihara kemurnian tradisi. Maka, tradisi selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan keburukan. Kesetiaan yang absolut terhadap tradisi sehingga  tidak memungkinkan pertumbuhan unsur baru karena dianggap sebagai suatu tantangan yang berbahaya yang harus dikendalikan.

  1. Budaya Politik Yang memiliki Sikap Mental Akomodatif

Struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan sedia menerima apa saja yang dianggap berharga. Ia dapat melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini. Tipe akomodatif melihat perubahan sebagai salah satu masalah untuk dipikirkan dan mendorong usaha perbaikan dan pemecahan yang lebih sempurna.

  1. Berdasarkan Orientasi politiknya
  2. Budaya Politik Parokial

Budaya politik ini memiliki masyarakat yang kesadaran politiknya cukup rendah. Dan tidak menaruh minat terhadap kegiatan politik yang luas, hanya terbatas pada keterkaitan profesi. Budaya politik parokial yang murni terdapat pada masyarakat yang memiliki sistem tradisional yang sederhana dengan tingkat spesialisaisi politik yang sangat minim. Contoh masyarakat yang memiliki budaya politik demikian adalah masyarakat suku-suku di Afrika atau komunitas-komunitas lokal yang otonom (kerajaan sentralistis) di Afrika atau di benua lain di dunia.

  1. Budaya Politik Subjektif

Budaya subyektif artinya masyarakat sudah memiliki kesadaran terhadap sistem politik namun tidak berdaya dan tidak mampu berpartisipasi sehingga hanya melihat outputnya saja tanpa bisa memberikan input. Contoh dari tipe orientasi ini adalah golongan bangsawan Perancis. Mereka sangat menyadari akan adanya institusi demokrasi, tetapi secara sederhana hal ini tidak memberi keabsahan pada mereka.

  1. Budaya Politik Partisipan

Budaya politik partisipan adalah budaya politik di mana masyarakat memiliki kesadaran politik yang cukup tinggi. Selalu berpartisipasi dalam memberikan masukan, dan membuat tuntutan. Sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara pemerintah dengan warga negara.

Namun dalam kenyataannya tidak ada satupun negara yang memiliki budaya politik murni partisan, parokial atau subyek. Melainkan terdapat variasi campuran diantara ketiga tipe-tipe tersebut. Ketiganya menurut Almond dan Verba tervariasi ke dalam tiga bentuk budaya politik, yaitu:

  1. Budaya politik subyek-parokial (the parochial-subject culture)
  2. Budaya politik subyek-partisan (the subject-participant)
  3. Budaya politik parokial-partisan (the parochial-participant)[9]

Seorang ilmuwan politik Australia, Herbert Feith, mengemukakan bahwa Indonesia memiliki sejumlah budaya politik namun ada dua budaya politik yang dominan, yaitu “aristokrasi Jawa” dan “wiraswasta Islam”.[10] Sementara seorang ahli antropologi dari Amerika Serikat, Clifford Geertz mengelompokkan masyarakat ini atas tiga subbudaya, yaitu santri, abangan, dan priyayi.[11] Sementara ahli antropologi Amerika Serikat yang lain, Hildred Greetz, secara lebih menyeluruh mengelompokkan masyarakat Indonesia ke dalam tiga subbudaya politik atau dalam terminologinya sendiri, sosiocultural types (bentuk-bentuk sosio-kultural). Ketiga kelompok itu adalah “petani pedalaman Jawa dan Bali”, “masyarakat Islam pantai”, dan “masyarakat pegunungan”.[12] Kendati demikian, tidaklah harus kita menerima begitu saja pendapat para ahli Barat di atas mengenai wajah budaya Indonesia.  Cukuplah jelas kiranya bahwa karena bangsa kita berdasarkan prinsip Bhineka Tunggal Ika, semua bentuk subbudaya politik yang ada di tanah air ini adalah budaya politik Indonesia.

Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik adalah suatu proses agar setiap individu atau kelompok dapat mengenali sistem politik dan menentukan sifat persepsi-persepsinya mengenai politikBudaya Politik, Sosialisasi Politik, Partisipasi Politik di Indonesia serta reaksi-reaksinya terhadap fenomena-fenomena politik. Sosialisasi politik berperan mengembangkan serta memperkuat sikap politik di kalangan warga masyarakat yang sadar politik, yaitu sadar akan hak dan kewajiban dalam kehidupan bersama. Peranan tersebut melibatkan keluarga, sekolah, dan lembaga-lembaga tertentu yang ada dalam masyarakat.

Salah satu sarjana yang secara khusus berkecimpung dalam ilmu politik, telah merumuskan konsep partisipasi politik yaitu Rush & Althoff, sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan dan reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan kebudayaan di mana individu berada; selain itu juga ditentukan oleh interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya.[13] Masih menurut Rush dan Althof metode-metode dalam sosialisasi politik bisa berupa imitasi, intruksi, dan motivasi. Sosialisasi politik yang selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik pada seseorang dapat terjadi melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses sosialisasi politik tidak langsung bisa dilakukan dengan metode pengoperasian interpersonal, magang, dan generalisasi. Sedangkan proses sosialisasi langsung bisa terjadi melalui imitasi, sosialisasi politik antisipatoris, pendidikan politik, dan pengalaman politik. Agar sosialisasi politik di Indonesia terealisasi maka perlu adanya sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik, serta mendorong timbulnya partisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya.

Partisipasi politik

Kegiatan partisipasi politik dilakukan oleh warga negara preman atau masyarakat biasa, sehingga seolah-olah menutup kemungkinan bagi tindakan-tindakan serupa yang dilakukan oleh non-warga negara biasa. Institusi yang menjadi sasaran atau objek politik dalam partisipasi politik, yaitu pemerintah sebagai pemegang otoritas.[14]

Adanya institusi-institusi politik di tingkat masyarakat, semisal partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, dan media massa yang kritis dan aktif, merupakan satu indikator adanya keterlibatan rakyat dalam kehidupan politik. Dengan dilandasi suatu kesadaran bahwa, aktivitas-aktivitas politik pemerintah dengan serta merta, secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh kelompok kepentingan, partai politik dan yang lainnya dalam infrastruktur politik, merupakan wujud dari keikutsertaan rakyat dalam proses politik dalam suatu sistem politik.

Beberapa sarjana yang secara khusus berkecimpung dalam ilmu politik, merumuskan beberapa konsep partisipasi politik, diantaranya:

Ramlan Surbakti: Partisipasi politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau mempengaruhi hidupnya. Partisipasi politik berarti keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.[15]

Kevin R. Hardwick: Partisipasi politik memberi perhatian pada cara-cara warga negara berinteraksi dengan pemerintah, menyampaikan kepentingannya thd pejabat publik agar mampu mewujudkan kepentingan-kepentingan tersebut.[16]

Miriam Budiardjo: Partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah.[17]

Berdasarkan riset-riset tentang partisipasi politik yang dilakukan di beberapa negara, Huntington dan Nelson menemukan lima bentuk kegiatan utama yang dipraktikan dalam partisipasi politik. bentuk-bentuk ini masing-masing memiliki tindakan dam pelaku yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama, yaitu berkenaan dengan keikutsertaan warga negara untuk mempengaruhi proses-proses politik, diantaranya: Kegiatan Pemilihan, Lobbying, Kegiatan Organisasi, Mencari Koneksi (contacting), dan Tindakan Kekerasan (violence).[18] Sedangkan di tingkat individu, secara lebih spesifik Milbrath M.L. Goel[19] mengidentifikasi tujuh bentuk partisipasi politik individual:

a. Aphatetic Inactuves,

b. Passive Supporters,

c. Contact Specialist,

d. Communicators,

e. Party and campign workers,

f. Community activitis, dan

g. Protesters.

Untuk menganalisis tingkat-tingkat partisipasi politik, Huntington dan Nelson mengajukan dua kriteria penjelas. Pertama, dilihat dari ruang lingkup dari suatu kategori warga negara yang melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan politik. kedua, intensitasnya, atau ukuran, lamanya, dan arti penting dari kegiatan khusus itu bagi sistem politik.[20]

Tingkatan partisipasi politik, mencerminkan kapasitas partisipan dalam berpartisipasi politik. Semakin tinggi tingkatan yang ditempati, maka semakin tinggi pula tingkatan partisipasi politiknya. Dalam lingkup partisipasi politiknya, jika semakin tinggi maka semakin sedikit (semakin mengerucut pada jumlah tertentu).

Voting[21] merupakan tingkatan partisipasi politik terendah, yang membedakan satu tingkat di atas orang yang apatis total, sementara di atasnya terdapat orang atau sekelompok orang yang sering terlibat dalam diskusi-diskusi politik informal, yang proporsinya lebih rendah, namun intensitasnya lebih tinggi.

Reference:

[1] Pengantar Penerbit, PROFIL BUDAYA POLITIK INDONESIA (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti., 1991).

[2] Alfian & Nazaruddin Sjamsuddin (ed.), PROFIL BUDAYA POLITIK INDONESIA (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti., 1991), hal 21. Dalam, Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, The Civic Culture (Princeton: Princeton University Press, 1963), hal 13, dan buku yang mereka edit bersama, The Civic Culture Revisited (Boston dan Toronto: Little and Brown, 1980), passim.

[3] The Civic Culture dalam PROFIL BUDAYA POLITIK INDONESIA, ibid.

[4] Deden Faturohman & Wawan Sobari, Pengantar ILMU POLITIK, (Malang: UMM Press., 2002), hal 231. Dalam, Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, Budaya politik: Tingkah Laku Politik dan Demokrasi Di Lima Negara, penerjemah Sahat Simamora, Jakarta, Bumi Aksara, 1990, hlm. 14.

[5] Ibid, hal 231. Dalam, Alan R. Ball, Modern Politics And Government, London: The Macmillan Press LTD, 1971, hlm.56.

[6] Ibid. Dalam, Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr., dalam Amir Efendi Siregar (ed.), Arus Pemikiran Ekonomi Politik: Esai-Esai Terpilih, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogyakarta, cetakan ke-2, 1991, hal. 233

[7] Ibid. Dalam, Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr., dalam Amir Efendi Siregar (ed.), Arus Pemikiran Ekonomi Politik: Esai-Esai Terpilih, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogyakarta, cetakan ke-2, 1991, hal. 233

[8] Ibid, hal 233. Dalam, Almond dan Verba, op.cit. 16-17.

[9] Ibid, hal 242. Dalam, Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell, Jr., dalam Amir Efendi Siregar (ed.), Arus Pemikiran Ekonomi Politik: Esai-Esai Terpilih, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogyakarta, cetakan ke-2, 1991, hal. 27.

[10] Alfian & Nazaruddin Sjamsuddin (ed.), PROFIL BUDAYA POLITIK INDONESIA (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti., 1991), hal. 30. Dalam, Herbert Feith, The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia (Itacha, New York: Cornell University Press, 1968), hal. 30-31.

[11] Ibid, hal. 30. Dalam, Clifford Geertz, The Religion of Java (New York: The Free Press, 1969). Dalam

[12] Ibid. Dalam, Hildred Geertz, “Indonesia Cultures and Communities”, dalam Ruth T. McVey (ed.), Indonesia (New Heaven: HRAF Press, 1967), hal. 25-31.

[13] Arif Sobaruddin, SOSIALISASI POLITIK, dalam http://www.bisosial.com/2013/04/sosialisasi-politik.html, (30/10/2013, 14:18)

[14] Deden Faturohman & Wawan Sobari, Pengantar ILMU POLITIK, (Malang: UMM Press., 2002), hal. 184.

[15] Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992, hal. 140-141.

[16] Deden Faturohman & Wawan Sobari, Pengantar ILMU POLITIK, (Malang: UMM Press., 2002), hal. 185. Dalam, Frank N. Magill (eds), International Encyclopedia of Government and Politics, Singapore : Topan Company PTE LTD, 1996. hal 1016.

[17] Ibid. Dalam, Miriam Budiardjo, Demokrasi di Indonesia : Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, hal 183.

[18] Ibid, hal. 190-191. Dalam, Huntington dan Nelson, Partisipasi  Politik di Negara Berkembang, Jakarta, Sangkala Pulsar, 1984, hal. 14-16.

[19] Ibid.

[20] Ibid, hal. 192.

[21] Ibid, hal. 196.

About Muhammad Choirul Rosiqin

I was born in Eastern Probolinggo, East Java, in 1994. I'm student of International Relations @University of Muhammadiyah Malang
This entry was posted in Sistem Politik Indonesia and tagged , , . Bookmark the permalink.

37 Responses to Budaya Politik, Sosialisasi Politik, Partisipasi Politik di Indonesia

  1. After exploring a few of the blog posts on your web page, I seriously like your way of blogging. I saved as a favorite it to my bookmark webpage list and will be checking back in the near future. Please check out my website as well and tell me how you feel.

    Like

  2. viagra says:

    I really love your blog.. Excellent colors & theme. Did you create this web site yourself?
    Please reply back as I’m trying to create my own website and would love
    to find out where you got this from or just what the theme is called.
    Many thanks!

    Like

  3. Hi just wanted to give you a quick heads up and let you know a few of the images aren’t loading properly.
    I’m not sure why but I think its a linking issue.
    I’ve tried it in two different web browsers and both
    show the same outcome.

    Like

  4. Heya i’m for the first time here. I came across this board and I to
    find It really helpful & it helped me out a lot.
    I am hoping to give something again and aid others like
    you helped me.

    Like

  5. Hey! This is my first visit to your blog! We are a group of volunteers and
    starting a new project in a community in the same niche.

    Your blog provided us useful information to work on.
    You have done a marvellous job!

    Like

  6. It’s really a cool and helpful piece of info. I’m happy that you shared this useful info with us.
    Please stay us up to date like this. Thank you for sharing.

    Like

  7. Thanks for the auspicious writeup. It in truth used to be a leisure account it.
    Look complicated to more delivered agreeable from you! However,
    how can we be in contact?

    Like

  8. Hello Web Admin, I noticed that your On-Page SEO is is missing a few factors, for one you do not use all three H tags in your post, also I notice that you are not using bold or italics properly in your SEO optimization. On-Page SEO means more now than ever since the new Google update: Panda. No longer are backlinks and simply pinging or sending out a RSS feed the key to getting Google PageRank or Alexa Rankings, You now NEED On-Page SEO. So what is good On-Page SEO?First your keyword must appear in the title.Then it must appear in the URL.You have to optimize your keyword and make sure that it has a nice keyword density of 3-5% in your article with relevant LSI (Latent Semantic Indexing). Then you should spread all H1,H2,H3 tags in your article.Your Keyword should appear in your first paragraph and in the last sentence of the page. You should have relevant usage of Bold and italics of your keyword.There should be one internal link to a page on your blog and you should have one image with an alt tag that has your keyword….wait there’s even more Now what if i told you there was a simple WordPress plugin that does all the On-Page SEO, and automatically for you? That’s right AUTOMATICALLY, just watch this 4minute video for more information at. Seo Plugin

    Like

  9. It’s nearly impossible to find well-informed people on this
    topic, however, you seem like you know what you’re talking about!
    Thanks

    Like

  10. You’ve made some really good points there. I checked on the net for more information about the issue and found
    most people will go along with your views on this site.

    Like

  11. Hello to every one, since I am in fact eager of
    reading this blog’s post to be updated on a regular basis.
    It carries fastidious information.

    Like

  12. My programmer is trying to convince me to move to .net from PHP.
    I have always disliked the idea because of the expenses. But he’s tryiong none the less.
    I’ve been using Movable-type on several websites for about a year and am concerned about
    switching to another platform. I have heard very good things about blogengine.net.
    Is there a way I can transfer all my wordpress posts into it?

    Any kind of help would be greatly appreciated!

    Like

  13. Hi there colleagues, fastidious post and nice arguments
    commented here, I am in fact enjoying by these.

    Like

  14. Ahaa, its fastidious dialogue concerning this paragraph at this place at this
    blog, I have read all that, so now me also commenting here.

    Like

  15. I’m not sure exactly why but this blog is loading extremely slow for me.

    Is anyone else having this problem or is it a
    problem on my end? I’ll check back later and see if the problem still exists.

    Like

  16. Hi there friends, fastidious piece of writing and fastidious urging commented at this place, I am truly enjoying by
    these.

    Like

  17. I got this web site from my friend who told me regarding this web page and at the moment
    this time I am browsing this site and reading very informative articles or
    reviews at this time.

    Like

  18. imam says:

    hey Your article is very helpful … thanks

    Like

  19. Its like you read my mind! You appear to know so much about this, like you wrote the
    book in it or something. I think that you can do with some pics to
    drive the message home a little bit, but instead of that, this is excellent
    blog. An excellent read. I will certainly be back.

    Like

  20. mc uv filter says:

    Everything is very open with a clear clarification of the challenges.
    It was definitely informative. Your website is useful. Thank you for sharing!

    Like

  21. This paragraph is genuinely a fastidious one it helps new net people,
    who are wishing in favor of blogging.

    Like

  22. I’m curious to find out what blog platform you happen to be using?
    I’m having some minor security problems with my latest blog and
    I’d like to find something more risk-free. Do you
    have any solutions?

    Like

  23. Great beat ! I would like to apprentice while you amend
    your website, how can i subscribe for a blog site?
    The account helped me a appropriate deal. I were tiny bit familiar of
    this your broadcast offered bright clear idea

    Like

  24. I every time emailed this weblog post page to all my associates, because if
    like to read it then my links will too.

    Like

  25. Woah! I’m really loving the template/theme of this website.
    It’s simple, yet effective. A lot of times it’s challenging to get that “perfect balance” between user friendliness
    and visual appearance. I must say that you’ve done a very good job with this.
    In addition, the blog loads super fast for me on Chrome.
    Superb Blog!

    Like

  26. match.com says:

    Hi! This is my first visit to your blog! We are a group of volunteers and starting a new project in a community in the
    same niche. Your blog provided us beneficial information to work on. You have done a extraordinary job!

    Like

  27. buy retin a says:

    I like the valuable information you provide in your articles.
    I will bookmark your weblog and check again here regularly.

    I am quite sure I’ll learn a lot of new stuff right here!

    Best of luck for the next!

    Like

  28. My partner and I absolutely love your blog and find nearly all of your post’s to be exactly I’m looking for.
    Does one offer guest writers to write content available for you?
    I wouldn’t mind writing a post or elaborating on a lot of the subjects you write about here.
    Again, awesome site!

    Like

  29. Isaac Pezley says:

    Sensational is an all-in-one life management device that will help you remain on top of your to-dos, objectives, as well as routine.

    Like

Hey hey! What have you got to say?